Nasionalpos.com, Jakarta – Keberadaan dan peran Baitul Maal Wattamwil (BMT) belakangan nyaris tak terdengar. Padahal, BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil sangat diharapkan dapat menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil. Sehingga, mampu mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.
Namun, di wilayah Jakarta Timur tepatnya di Perumahan Palem Indak, Pondok Kelapa ada sebuah BMT di Masjid At-Taubah yang terbilang eksis.
H. Yeyeh A Dimyati sebagai salah seorang yang turut membidani lahirnya BMT di Masjid At-Taubah menuturkan BMT tersebut mampu menghimpun dana jamaah dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat di sekitar lingkungan melalui pembiayaan/pinjaman tanpa bunga.
“Alhamdulillah, BMT At-Taubah tetap eksis di tengah banyaknya lembaga keuangan konvensional Ibukota. Ini berkat kepercayaan jamaah kepada pengurus. Ini bukti BMT mampu membangkitkan kesadaran umat untuk berekonomi secara Islami,” ujar Yeyeh saat berbincang dengan Nasionalpos.com di kawasan Perumahan Palen Indah, Selasa (20/3/2018).
Diyambahkan, Abdi Suliastowo selaku tokoh masyarakat sekaligus muzakki bahwa manfaat keberadaan BMT di wilayahnya sesungguhnya tidak hanya bagi masyarakat golongan bawah, tetapi juga terasa manfaatnya bagi golongan masyarakat yang lebih beruntung secara ekonomi. Misalnya, dalam bentuk kemudahan dan ketenangan dalam menyalurkan Zakat, Infak dan Sodaqoh (ZIS) demi menjaga kebersihan harta.
Menurut Yeyeh, setelah BMT di wilayahnya terjadi peningkatan kesadaran jamaah untuk melakukan ZIS serta kesadaran untuk membangun rasa solidaritas antar sesama warga. Hal ini terbukti jumlah dana yang dikelola BMT telah mencapai sekitar Rp. 200 juta dengan jumlah penerima pinjaman mencapai lebih dari 100 unit Usaha Mikro.
“Kami berharap pencapaian jumlah pengumpulan dana serta jumlah penerima manfaat ekonomi tersebut dapat terus meningkat,” imbuh Abdi.
Keduanya meyakini bahwa kedepan, kesadaran dan kepedulian masyarakat terus meningkat seiring dengan tingkat pemahaman dan ekonomi warga yang semakin membaik.
Sehingga pada saatnya nanti BMT yang dikelola bersama jamaah lain, akan mampu menularkan dan menjadi pemicu semangat bagi masjid-masjid lain disekitarnya untuk melakukan hal yang sama.
Bukan tidak mungkin akan lahir BMT percontohan sekaligus sebagai pusat inkubasi BMT di tiap-tiap wilayah kecamatan maupun kelurahan di Ibukoya.
Namun, lanjut Yeyeh, untuk mencapai hasil yang maksimal tentu diperlukan upaya-upaya serius dari berbagai pihak.
Baik Yeyeh maupun Abdi tidak memungkiri bahwa pengelolaan BMT saat ini baru sebatas kerja ibadah semata dan belum dapat dijadikan sebagai lapangan kerja yang jadi sandaran hidup pengelola.
Karena itu, mereka berharap kedepan BMT juga mampu memberikan manfaat ekonomi bagi pengelola. Sehingga tata kelola BMT diharapkan dapat lebih profesional yang pada gilirannya BMT mampu menjadi agent of economic change sekaligus sebagai agent of social change dan menjadi pilar ekonomi nasional.
“BMT yang mengemban dua misi, yaitu misi sosial dan ekonomi, maka keberhasilan BMT tidak hanya diukur dari besaran pengumpulan dana semata, namun lebih kepada nilai kemanfaatannya bagi umat. Untuk itu, kami mengajak seluruh komponen Umat Islam untuk terus bersemangat membangun ekonomi yang bersyariat, serta meminta pihak-pihak terkait baik pemerintah maupun swasta untuk mendorong tumbuh kembangnya BMT di seluruh Indonesia khususnya Ibukota ini,” pungkas Yeyeh. { }