Nasionalpos.com, NAYPYITAW – Diperoleh informasi dari media harian milik junta militer Myanmar bernama Mirror Dailly, yang menyebutkan bahwa Junta militer Myanmar, Senin 25/7/2022 waktu Myanmar, bahwa mereka telah mengeksekusi empat orang. Keempat orang itu adalah seorang mantan anggota parlemen, seorang aktivis demokrasi, dan dua tahanan politik. Itu merupakan eksekusi pertama Myanmar dalam hampir lima dekade terakhir.
“Keempat orang tersebut dieksekusi sesuai prosedur hukum,” tulis media tersebut. meski dunia menyerukan pembatalan, termasuk seruan dari para ahli PBB dan Kamboja yang saat ini mendapatkan giliran menjadi ketua ASEAN, tidak membuat pihak Junta Militer Myanmar bergeming dan tetap melaksanakan Eksekusi tersebut, Menurut Mirror Daily, empat orang itu dijatuhi hukuman mati karena memimpin dan mengorganisasi kekerasan dalam tindak pembunuhan terorisme yang tidak sesuai peri kemanusiaan. Namun, media itu tidak menyebutkan waktu eksekusi dengan tali gantungan itu dilakukan.
Sementara itu, seperti dilansir dari Reuters, yang menyebutkan Pemerintah bayangan National Unity Government (NUG), organisasi yang dilarang oleh junta militer, mengutuk eksekusi tersebut. “Sangat sedih. Kami mengutuk kekejaman junta dengan istilah yang paling keras jika itu yang terjadi. Komunitas global harus menghukum kekejaman mereka,” tukas juru bicara kantor presiden NUG Kyaw Zaw kepada Reuters, Senin, 25/7/2022 Waktu Myanmar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan berita mengenai eksekusi mati dilakukan oleh Junta Militer Myanmar itu, juga diinformasikan oleh Surat kabar Global New Light of Myanmar melaporkan, keempat pria yang dieksekusi adalah tokoh demokrasi Kyaw Min Yu atau lebih dikenal sebagai Jimmy serta mantan anggota parlemen dan artis hip-hop Phyo Zeya Thaw. Dua orang lainnya adalah sekutu pemimpin Myanmar terguling Aung San Suu Kyi, yaitu Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw.
Dalam pelaksanaan eksekusi hukuman mati ini, juga diinformasikan bahwa Thazin Nyunt Aung, istri Phyo Zeya Thaw, kepada pers, ia mengatakan, bahwa dirinya belum menerima pemberitahuan tentang eksekusi suaminya dari junta militer Myanmar, Sementara itu, kerabat lainnya tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Hukuman mati itu pun menuai kecaman internasional. Pelapor khusus PBB di Myanmar Tom Andrews mengatakan sangat marah dengan eksekusi ini. Menurut dia, junta terang-terangan membunuh para pejuang hak asasi manusia dan demokrasi.
“Hati saya bersama keluarga, teman-teman, dan orang-orang yang mereka cintai dan tentu untuk semua rakyat Myanmar yang menjadi korban eskalasi kekejaman junta, tindakan bejat ini harus menjadi titik balik bagi komunitas internasional,” katanya.
Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen sebagai ketua ASEAN pada Juni 2022 lalu telah mengajukan surat kepada pemimpin junta Min Aung Hlaing untuk tidak melakukan eksekusi. Namun, junta militer Myanmar telah mengutuk pernyataan negara asing mengenai perintah eksekusi.
Kritik juga datang dari pengamat di International Crisis Group, Richard Horsey. “Setiap kemungkinan dialog untuk mengakhiri krisis yang diciptakan kudeta kini telah terhapus. Rezim ini menunjukkan apa yang ingin mereka lakukan dan tidak mendengar siapa pun,” tegas Horsey, Senin, 25/7/2022 . (red/Reuters/)