Nasionalpos.com, Jakarta – Hendry Yatna, Ketua Umum Perhimpunan Pemuda dan Pengusaha Pancasilais (P4) prihatin atas terjadinya kekerasan yang dialami para tokoh agama dan masyarakat belakangan ini.
Di sisi lain, Hendry juga mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi atas kejadian kekerasan tersebut. Sebab, Hendry meyakini aksi teror itu bertujuan untuk menciptakan ketidakstabilan keamanan yang berujung pada kekacauan negara.
“Kami prihatin dengan aksi teror atau tindak kekerasan yang dialami sejumlah tokoh agama dan masyarakat. Kami juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah terpancing atau terprovokasi atas kejadian tersebut. Mari tingkatkan kewaspadaan terhadap segala bentuk adu domba dan teror yang tujuannya menciptakan kekacauan negara,” ujar Hendry dalam siaran persnya, Minggu (11/2/2018).
Lebih lanjut Hendry menilai tujuan dari teror yang marak ini adalah membuat masyarakat kehilangan kontrol atas dirinya. Sehingga masyarakat resah dan mulai melakukan tindakan sendiri dan saling curiga khususnya terhadap orang yang tidak dikenal.
“Saya berharap selain pihak kepolisian yang telah melaksanakan tugasnya, alangkah baiknya demi terciptanya kedamaian di muka bumi Indonesia tercinta ini, para aktivis organisasi-organisasi kemasyarakat (ormas), ikut terlibat aktif dalam gerakan pencegahan dan penanganan dini sehingga tidak ada korban tambahan dari pihak manapun” tandas Hendry
“Para sahabat aktivis ormas dapat mengambil peran dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang penanganan teror, misalnya dengan bicara strategi pengamanan lingkungan dan cara penanganan jika ada pelaku teror atau yang diduga melakukan teror tertangkap masyarakat. Dengan begitu, kami yakin akan tercipta suasana kondusif pada masyarakat kita. Mari rapatkan barisan melawan teror” imbuhnya.
Untuk itu, Hendry menyarakan agar masyarakat mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan di wilayah masing-masing. Sebab, dikhawatirkan jika tidak ada antisipasi dari pihak keamanan dan para tokoh masyarakat atas kejadian ini, maka akan muncul tindakan main hakim sendiri yang berakibat fatal.
Dalam catatan P4, beberapa pekan ini telah terjadi sejumlah teror atau aksi kekerasan terhadap tokoh agama dan masyarakat.
Pertama, teror dan kekerasan dialami Kyai Umar Basyri saat sholat subuh berjamaah di masjid Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Sabtu, 27 Januari 2018.
Kedua, pada tanggal 30 Januari 2018 yaki penembaka kediaman Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin.
“Saat ulang tahun sayapun rumah orangtua saya Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin ditembak orang tidak dikenal, hingga ibu kami sampai hari ini mengalami trauma, karena beliau sedang duduk diteras rumah saat penembakan terjadi” jelas Hendry.
Ketiga, hari ini Minggu (11 Februari 2018), Jemaat Gereja Santa Lidwina Sleman, DIY diserang oleh seorang pemuda dengan membawa senjata tajam. Akibatnya, Romo Edmund dan 4 orang jemaat mengalami luka cukup serius.
“Teror yang terjadi saat ini tidak hanya dialami oleh para tokoh agama, tapi Purnawirawan Jenderal Bintang dua dari Kopassus Angkatan Darat (Mayjen Tatang Zaenudin) pun ikut terkena teror tersebut, jika ini adalah sebuah rangkaian kekerasan dan teror yang di desain, maka apa motifnya? Ini pertanyaan yang harus segera dijawab oleh aparat terkait agar teror bisa segera berakhir dan masyarakat tetap tenang,” pungkas Hendry. ()