Oleh : Ahmad Murjoko, Penulis buku : Mosi Integral Natsir 1950
NasionalPos.com, Jakarta – Beberapa bukti-bukti bahwa antara NKRI dan Islam itu tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya disampaikan oleh Dr. Anwar Haryono, dalam buku : Indonesia Kita Pemikiran Berwawasan Iman-Islam, dalam pokok bahasan hubungan antara agama, bangsa dan Negara.
Dengan demikian maka menuduh umat Islam Indonesia tidak nasionalis, tidak cinta NKRI itu adalah tidak memahami sejarah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun bukti menyatunya Islam dan NKRI adalah sebagai berikut :
- Selama dalam masa penjajahan sebutan untuk bangsa pribumi adalah Islam.
- Beberapa kasus ketika orang non pribumi yang masuk Islam maka saat itu perlu mengubah kebangsaannya.
- Di pulau Jawa orang Islam disebut wong selam atau orang Islam.
Menurut H. Agus Salim, Agama Islam bagi bangsa kita adalah agama sebangsa bahkan agama kebangsaan.
- Nama Hindia atau Hindia Belanda tidak disukai karena mengesankan nama negara tetangga India atau Hindia Belandia sebagai symbol tidak merdeka dari Belanda. Akhirnya menggunakan nama Indonesia.
- Nama Indonesia sudah digunakan menjadi organisasi di Belanda seperti Perhimpunan Indonesia pada saat Soekiman Wiryosanjoyo menjadi mahasiswa Indonesia di Belanda. Nama Soekiman selanjutnya akan terkenal sebagai fungsionaris PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) atau Masyumi hingga PII (Pelajat Islam Indonesia).
- Perhimpunan Indonesia kemudian berganti nama menjadi Indonesia Muda saat Sumpah Pemuda,
- Berdirinya organisasi Islam yang bernama Jamiat Kheir yang sudah mulai mengenalkan arti cinta tanah air adalah masuk masuk ajaran Islam terutama dalam bab keimanan, Jamiat Khair melakukan pembelaan terhadap Indonesia dan menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
- Semakin mengental antara keislamaan dan ke- Indonesiaan ketika berdiri Serikat Dagang Islam (SDI) didirikan oleh H. Samanhudi Peran SDI saat itu yang bercirikan :
- Hanya sebagai gerakan koperasi pedagang batik
- Berkembang menjadi symbol perlawanan ekonomi bangsa Indonesia terhadap Kapitalisme Belanda
- Cabangnya segera terbentuk secara nasional
- SDI kemudian berubah menjadi Syarikat Indonesia (SI)
- Dalam 7 tahun anggotanya berjumlah 2,5 juta walaupun terdapat larangan terhadap perkumpulan politik oleh Belanda.
- Lahirnya Central Syarikat Islam (SI) sebagai akibat dari upaya penggembosan Belanda melalui cara-cara pecah belah SI yang tidak punya hubungan dengan pusat atau memiliki AD ART sendiri.
- Kihajar Dewantara dan Dowwes Dekker mendukung SI sebagai gerakan perlawanan terhadap Belanda
- SI semakin hebat saat dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto mantan Ketum SI Surabaya. Dari beliaulah kemudian lahir tokoh-tokoh Nasional Indonesia berikutnya.
- Keislaman dan keindonesiaan semakin mengental setelah SI berubah menjadi Partai Syarikat Islam (PSI) dan akhirnya menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
- Ganguan pertama Keislaman dan keindonesiaan berawal dari lahirnya partai Komunis ISDV pimpinan Sneevliet yang lahirkan PKI berikutnya adalah Semaun.
- PKI menyusup dari masih bernama syarikat Islam (SI) hingga berganti nama PSI.
- Nama sebutan untuk Islam lainnya seperti Bumi Putra, Inlander, Rakyat Bangsa Islam atau Orang Selam. Dan sementara itu sebutan di luar Islam sebutannya Dajaks, Bataks, dan lain-lain,
- Berikutnya lahir organisasi Muhammadiyah yang keanggotaannya bersifat nasional dan kebangsaan dan tidak bersifat kesukuan seperti Budi Utoma, Pasundan dan lain-lain.
- Guru tokoh Proklamator negara Republik Indonesia Soekarno adalah HOS Tjokroaminoto seorang ulama besar Indonesia. Dan selanjutnya ditangan Bung Karno tersebut Republik Indonesia berdiri hingga sekarang.
- Keislaman dan Keindonesiaan semakin terlihat ketika di jaman Jepang yang menyebutkan dirinya sebagai 3 A. Yakni Jepang Sebagai Pemimpina Asiua, Jepang sebagai Pelindung Asia dan Jepang sebagai Cahaya Asia) mendirikan organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) dengan dipimpin oleh Abi Koesno dan dirikan KUA dg ketuanya KH Hasyim Asyari. Kesemuanya menunjukan betapa peran Umat Islam Indonesia.
- Berikutnya Jepang mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dengan tokoh Islam sebagai sentralnya seperti Soekarno, Hatta, Ki hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur dan selanjutnya masuk anggota baru Kasman Singodimedjo yang nantinya akan menjadi tokoh2 nasional dan partai Masyumi.
- Pada jaman Jepang menjelang kemerdekaan Indonesia maka peran Umat Islam semakin nyata seperti menyebarkan dan menggelorakan dengan poster-poster Merdeka atau Mati oleh civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII). Dima kita ketahui bahwa kampus UII adalah kampus yang didirikan oleh tokoh-tokoh Masyumi,
- Selanjutnya peristiwa Rapat Umum Umat Islam Jakarta di lapangan Ikada yang terkenal dengan Rapat Umum Ikada menuntut segera di proklamasikannya kemerdekaan Indonesia.
- Perjuangan perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah Jepang dikomandoi oleh organisasi dan kelaskaran Islam yakni Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan Sabilillah.
- Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Proklamasikan oleh tokoh Islam yakni Soekarno dan Hatta dengan mendapat sokongan penuh dari para alim ulama di Jakarta.
- Selanjutnya beberapa bulan setelah kemerdekaan Republik Indonesia Partai Masyumi berdiri yakni pada tanggal 7 Nopember 1945 dipimpinan oleh KH Hasyim Asyari sebagai Ketua Majelis Syura dari kalangan NU dan Soekiman Wirosanjoyo, dimana tujuannya adalah untuk menegakkan Republik Indonesia dan Agama Islam.
- Perlawanan sengit terhadap para penjajah Jepang juga dilakukan oleh para ulama saat itu seperti yang dilakukan oleh KH Noer Aly di Bekasi, KH.Sholeh Iskandar di Bogor serta KH Subkhi Parakan Banjarnegara yg terkenal dengan bamboo runcing doa melawan para penjajah Jepang,
- Perang 10 Nopember di Surbaya dipimpin oleh pejuang Islam yakni Bung Tomo yang dengan pekik takbirnya “Allahu Akbar”.
- Berikutnya antara Ke-islaman dan Ke-Indonesiaan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya saat berdirinya BPKNIP yang dipimpin oleh Soekarno, Hatta dan Kasman Singodimedjo Masyumi sebagai Tiga Serangkai, hal ini pernah disampaikan oleh AH. Nasution.
- Setelah kemerdekaan Republik Indonesia gelombang perlawanan terhadap penajajah Belanda yang akan melakukan Agresi Militernya dipimpin tokoh organisasi Islam Muhammadiyyah yakni jenderal Soedirman sebagai panglimanya.
- Selanjutnya peran umat Islam menonjol kembali ketika menghadapi perundingan dengan Belanda yang masih bernafsu menjajah Indonesia dengan penuh tipu muslihat namun dapat dikalahkan oleh perunding handal Indonesia yakni P Roem sebagai tokoh Masyumi. Perundingan tersebut melegenda dan terkenal dengan perundingan Roem Royen.
- Saat terjadi kekosongan Pemerintahan Indonesia di Jakarta karena para pemimpinnya di tawan oleh Belanda maka Mr Syarifudin Prawiranegara mengambil inisitif penyelamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat.
- Peran spektakuler umat Islam berikutnya adalah saat Indonesia dipecah belah sebagai negara Republik Indonesia Serikat (RIS) maka tampilah tokoh Islam Masyumi yakni M. Natsir dengan gagasan penyatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Mosi Integral Natsir tahun 1950.
- Begitu pula setelah Indonesia merdeka dan atmosfir demokrasi sudah mulai stabil maka diadakanlah Pemilihan Pemilu pertama kali pada tahun 1955 dimana penanggungjawabnya adalah tokoh Partai Masyumi yakni Burhanuddin Harahap yang saat itu menjabat sebagai P
erdana Menteri. Pemilu saat itu banyak yang menilai bahwa Pemilu 1955 adalah Pemilu terjujur sepanjang sejarah Republik Indonesia hingga kini. Dimana Partai Masyumi hanya menjadi pemenang Pemilu no 2 (dua) setelah PNI.
- Dan tak kalah pentingnya saat Indonesia membutuhkan pengakuan dunia Internasional maka tampilah tokoh Agus Salim, A.R. Baswedan. Nazir Pamoentjak, H.M. Rasyidi, dan diplomat Mesir Muhammad Abdul . Monem yang meyakinkan negara-negara Islam seperti Mesir mengakui kemerdekaan RI secara de Yure di PBB.
- Dan yang terakhir betapa antara Islam dan NKRI tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya adalah ketika Indonesia merdeka memerlukan dasar idiologinya maka muncullah beberapa tawaran idiologi besar yang muncul hanya Islam dan Pancasila sebagai pilihan dasar negara. Dan Islam pernah menjadi idiologi dasar negara yang terkenal dengan Piagam jakartanya. Namun sekali lagi umat Islam memberikan pengorbannya yang besar untuk tidak memaksakan kehendaknya Islam sebagai Dasar Negara setelah munculnya dekrit 5 Juli 1959. (*)