Nasionalpos.com, Jakarta – Pemerhati sosial dan kemasyarakatan, Boston Manurung mengingatkan Pemerintah agar memperhatikan sejumlah hal terkait destinasi wisata daerah Morotai di Maluku Utara.
Boston yang ditemui Nasionalpos.com di Jakarta pada senin (5/2/2018) menyatakan ada tiga hal yang penting diperhatikan jika pemerintah ingin menjadikan Morotai sebagai salah satu dari 10 kawasan destinasi wisata di Tanah Air.
“Morotai memang layak dijadikan destinasi wisata, selain karena alamnya yang elok juga penduduknya yang ramah menyambut para pelancong. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan dan ini tenu jadi tantangan buat pemerintah setempat,” tutur Boston yang juga mantan anggota Dewan Pengurus LPS2 (Lembaga Pengkajian Strategis Swadek) ini.
Adapun ketiga hal yang patut diperhatikan pemerintah itu, pertama terkait letak geografisnya sebagai pulau terluar.
Secara geografis, lanjutnya, Morotai yang merupakan pulau terluar berbatasan langsung dengan Mindanao, Filipina. Dengan begitu, maka Morotai perlu diperkuat sebagai salah satu basis pertahanan Indonesia dari masuknya imigran gelap maupun para penyeludup.
Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen mesyarakat dalam menjaga dan mendeteksi anasir-anasir yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial yang di era OrdeBaru dikenal dengan istilah Sishankamrata atau di era sekarang dengan nama Bela Negara.
Kedua, terkait ancaman atau pengaruh budaya luar terhadap kultur budaya lokal. Sebab, salah satu konsekwensi daerah yang menjadi destinasi wisata adalah masuknya budaya asing.
Karena itu, kata Boston, dalam jangka panjang kedatangan turis lokal maupun mancanegara akan mempengaruhi pola hidup dan kebiasaan masyarakat di sana.
“Tapi, ada hal yang menguntungkan di Morotai terkait pengaruh budaya asing, yakni masyarakat Morotai multikulural yang sudah terbiasa dengan kehadiran pendatang,” jelasnya.
Meski demikian, tetap dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah agar nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga dan dikembangkan sehingga warganya dapat terlibat dalam indutri pariwisata di sana.
“Dalam menjaga keseimbangan tatanan kehidupan sosial masyarakatnya dengan industri parisiwata, maka saya menilai daerah Lombok di NTB (Nusa Tenggara barat) patut ditiru oleh Morotai,” jelasnya.
Boston menggambarkan, bagaimana kawasan Senggigi di Lombok sebagai tempat yang nyaman bagi turis asing menikmati pantai dan laut, sementara di sisi lain kehidupan masyarakat Lombok yang agamis tidak terkontaminasi gaya hidup para wisatawan manca negara atau dikenal dengan “bule”.
Bahkan Gili Trawangan juga di Lombok bisa tetap terjaga tradisi kehidupan masyarakatnya dengan menerapkan aturan yang tertuang dalam Perda (Peraturan daerah). “Ini mungkin bisa jadi solusi bagi pemerintah setempat agar target menjadikan Morotai sebagai destinasi wisata terbaik bukan hanya di Indonesia tapi juga dunia,” ujarnya.
Ketiga, kepedulian pemerintah setempat. Meskipun kedua hal tersebut sudah terpenuhi, tapi jika pemerintahnya kurang peduli tentu target sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata Tanah Air tidak akan tercapai.
Beruntung, lanjut Boston, Morotai memiliki sosok pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap aspek wisata. Yakni, Benny Laos selaku Bupati Morotai.
“Sejauh ini, Benny Laos memiliki kepedulian terhadap Pariwisata yang diharapkan mampu mengakselarsi perkembangan industri pariwisata di Morotai agar bisa sejajar dengan daerah destinasi pariwisata lain di Indonesia. Itu sudah dibuktikan Benny Laos saat masih menjadi pengusaha. Dia membuat sejarah Kota Ternate dengan mendirikan Hotel berbintang lima dengan standar layanan Internasional yang sampai sekarang masih menjadi satu-satunya hotel berbintang lima di Ternate,” pungkas Boston. ( )