JAKARTA–Publik Indonesia ramai-ramai mengecam pembantaian terhadap etnis Muslim Rohingya dan meminta Myanmar segera menghentikannya. Tapi telinga Aung San Suu Kyi seakan tuli, pemerintahnya masih membuat Rohingya tersiksa.
Seruan dunia disampaikan menyusul kekerasan terhadap Rohingya dalam sepekan terakhir, membuat sekitar 18 ribu etnis yang tidak diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar itu mengungsi ke Bangladesh. Myanmar
mengatakan, mereka melakukan operasi militer setelah terjadi serangan kelompok pemberontak ARSA (Tentara Pembebasan Arakan Rohingya) pada Kamis pekan lalu ke pos-pos tentara di Rakhine.
Di antara yang mengecam tindakan Myanmar adalah Presiden Gerakan Laskar Prabowo (GL Pro 08), Jimmi CK,SE,Ak serta puluhan aktivis di ibukota.
Bukan sebatas kecaman, Jimmi dan para aktivis juga membuat petisi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menghentikan kekejaman Myanmar.
“Tidak ada cara lain, selain Indonesia pro aktif menyelesaikan pelanggaran Hak Azasi Manusia yang terjadi secara massif dan terstruktur di Myanmar saat ini, apabila ingin ketenteraman Indonesia dan dunia terpelihara,” kata
Jimmi melalui siaran elektroniknya, Sabtu (2/9).
Jika tidak, maka kejahatan rezim Myanmar, akan benar-benar bisa menjadi “inspirasi” tindakan kejahatan manusia di abad 21. Dan taruhannya, manusia abad 21 akan kehilangan nilai kemanusiaannya.
Dampaknya, Indonesia yang sudah panas, akan kehilangan basis implementasi toleransi, kebhinekaan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Apabila kekejian itu tidak segera dihentikan, bukan tidak mungkin akan menjadi pemicu perang horisontal di kawasan Asia yang akan meluas ke perang dunia. Sebab, negara-negara mayoritas Muslim khususnya dan sebagian
negara-negara Eropa dan Amerika umumnya tidak akan menerima kekejaman di Myanmar terjadi tanpa sanksi tegas di abad 21 ini.
“Oleh karenanya, kami semua mendesak agar Pemerintah Indonesia pro aktif,menyeret Ashin Wirathu dan semua biksu serta militer Myanmar yang terlibat, ke Mahkamah Internasional. Dan tindakan semacam itu merupakan cerminan bangsa Indonesia yang cinta perdamaian dunia sebagaimana yang digariskan dalam konstitusi,” tegas Jimmi.[]