Nasionalpos.com, Jakarta – Pemerintah mengakui kinerja perdagangan yang mengalami surplus selama tiga tahun terakhir dipengaruhi oleh kondisi pereknomian global yang membaik.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (17/1/2018).
“Karena ekonomi dunia membaik, maka perdagangan juga membaik. Tapi, kalau sebaliknya tentu akan berpengaruh buruk pada perdagangan,” tutur kata Darmin.
Menurutnya, kondisi perekonomian global yang sudah pulih harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja ekspor yang sudah memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi sejak awal 2017 lalu.
Di sisi lain, soal neraca perdagangan pada Desember 2017 yang tercatat defisit, kata Darmin tidak terlalu mengkhawatirkan. Karena defisit lebih banyak dipengaruhi oleh sektor migas.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada 2017 surplus sebesar 11,84 miliar dolar AS. Jumlah itu mengalami kenaikan dibandingkan surplus pada 2016 sebesar 9,53 miliar dolar AS.
Hal itu disampaikan Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS Jakarta, Senin (15/1/2018).
Menurut Suhariyanto, surplus neraca perdagangan pada 2017 merupakan level tertinggi sejak 2013 dan 2014 yang mengalami defisit kemudian kembali surplus pada 2015 dan 2016.
“Pada Tahun 2017 kita mengalami surplus yang jauh lebih tinggi dibandingkan 2016. Surplus pada 2017 sebesar 11,84 miliar US Dollar,” jelasnya.
Dalam catatan BPS, neraca perdagangan pada 2013 menunjukkan defisit sebesar 4,08 miliar dolar, kemudian 2014 defisit 2,20 miliar dolar. Surplus ditunjukkan terjadi mulai 2015 sebesar 7,67 miliar dolar AS dan meningkat pada 2016 sebesar 9,53 miliar dolar AS.
Dan, surplus neraca perdagangan 2017 dipengaruhi karena surplus sektor non migas sebesar 20 miliar dolar AS, namun ada defisit sebesar 8,56 miliar dolar pada sektor migas.
Adapun neraca perdagangan Indonesia surplus terhadap tiga negara, yakni India surplus 10,16 miliar, Amerika Serikat surplus 9,44 miliar dan Belanda 3,03 miliar. Sedangkan defisit terjadi pada Tiongkok, Thailand dan Australia.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2017 mencapai 168,73 miliar dolar atau meningkat 16,22 persen dibanding periode yang sama pada 2016,” jelas Suhariyanto.
Adapun impor kumulatif Januari-Desember 2017 mencapai 156,89 miliar dolar atau meningkat 15,66 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan selisih nilai ekspor dan impor kumulatif, neraca perdagangan tahun 2017 menghasilkan surplus sebesar 11,84 miliar dolar.
Digambarkan secara rinci, nilai neraca perdagangan Indonesia khusus Desember 2017 mengalami defisit 0,27 miliar dolar AS, yang dipicu dari defisit sektor migas 1,04 miliar dolar. Namun, neraca perdagangan sektor non migas surplus sebesar 0,77 miliar dolar.
“Dari sisi volume perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 34,03 juta ton pada Desember 2017. Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca sektor nonmigas 34,90 juta ton. Namun, neraca volume perdagangan sektor migas defisit 0,87 juta ton.” Pungkas Suhariyanto. ( )