NasionalPos.com, Jakarta– Sinyal-sinyal bahwa ekonomi dunia berpotensi alami resesi pada 2023 kian tampak, yakni dengan adanya tren kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan hampir banyak negara di dunia secara bersamaan, serta belum adanya tanda-tanda berakhirnya perang Rusia-Ukraina, serta munculnya permasalahan krisis energy, menjadi permasalahan yang dapat memicu terjadinya resesi, meski begitu, Sri Mulyani percaya diri dengan menyebut bahwa perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi. Hal itu didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 yang berada di jalur positif dan inflasi yang masih terkontrol.
Sementara itu, penjelasan Menkeu Sri Mulyani mengenai Resesi Dunia, mendapatkan tanggapan beragam dari berbagai kalangan, diantaranya dari Faisal Saleh pengamat social politik, kepada awak media yang menghubunginya, ia mengatakan saat ini Memang kondisi ekonomi dalam negeri dan global dalam kedaan tidak menentu. Karena itu harapan nya Pemerintah dapat mengelola keuangan negara dengan prinsip efisien dan tepat sasaran. Setiap rupiah yang dikeluarkan menambah nilai pertumbuhan bagi seluruh lapisan masyarakat khusus lapisan menengah bawah yang secara kwantitatif sangat besar.
“ Dampak resesi dunia, yang diprediksi bakal terjadi tahun 2023 tersebut, tentunya bukan hanya mempengaruhi roda perekenomian nasional maupun daerah, melainkan juga dapat berimplikasi pada kehidupan politik dan social masyarakat “ungkap Faisal Saleh kepada wartawan, Senin, 3 Oktober 2022 di Jakarta
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Faisal, Resesi global sebenarnya pernah terjadi pada 2020 tetapi resesi lebih disebabkan karena krisis kesehatan. Pada tahun ini, ancaman resesi global juga kian menjadi nyata. Perang Rusia-Ukraina, kebijakan moneter ketat, serta lonjakan harga pangan dan energi membuat ekonomi global akan melambat. Ancaman resesi global yang semakin nyata bisa menjadi bumerang bagi perekonomian Indonesia. Dampak negatif perlambatan ekonomi global bisa merembet melalui jalur ekspor hingga pasar keuangan, Tekanan inflasi yang tinggi, terutama pangan, bisa semakin membebani kelompok tidak mampu. Angka kemiskinan dikhawatirkan akan naik karena pendapatan mereka sebagian besar habis untuk konsumsi pangan.
“Adapun dampak sosialnya, jelas akan menimbulkan permasalahan bertambahnya pengangguran, kemudian harga kebutuhan hidup semakin melonjak maka akan mempengaruhi perilaku masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan berbagai cara, kondisi inilah yang dapat memicu terjadinya kriminalitas, efek lainnya adalah meningkatnya tingkat kecemasan masyarakat, “ungkap Faisal
Nah situasi tersebut, lanjut Faisal, apabila dibiarkan begitu saja, maka bakal ada kecenderungan munculnya perilaku social yang menyimpang dari masyarakat, terutama dari kalangan generasi milineal, misalnya, dengan adanya tekanan ekonomi yang tinggi, karena resesi, maka untuk melampiaskan kecemasan itu, mereka mudah tersulut emosinya, sehingga bisa memicu terjadinya tawuran, tindakan kriminal dengan beragam modus operandi, termasuk dengan memanfaatkan teknologi digital, dengan gambaran tersebut, Indonesia harus bersiap terhadap segala kemungkinan dari dampak resesi global tersebut. Apalagi, kondisi perekonomian Indonesia juga cukup terpukul dengan pandemi Covid-19 yang menghasilkan jumlah warga miskin yang semakin banyak.
“Kondisi ini diharapkan harus segera diantisipasi, karena itu diperlukan langkah strategis yang sudah semestinya dipersiapkan oleh Pemerintah dan juga DPR, mungkin hari ini, seperti dikatakan Menkeu Sri Mulyani bahwa kondisi ekonomi Nasional aman dan sehat, tapi kita tidak tahu, jika tiba-tiba saja resesi dunia hadirnya diluar prediksi kita, lebih cepat dari yang kita prediksi, maka diperlukan langkah antisipasi, terutama antisipasi dampak social di masyarakat, jika resesi global itu terjadi,”tukas Faisal Saleh.
Faisal Saleh juga mengingatkan merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia, indikator ekonomi Indonesia seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, transaksi berjalan, neraca pembayaran Indonesia (NPI), hingga ekspor impor masih sangat baik. Namun, nilai tukar terus melemah dan menunjukkan kinerja yang buruk, karena itu diperlukan langkah antisipasi, misalnya dengan memperkuat daya beli, resesi ekonomi bisa diatasi dengan membuat kebijakan dan proyek-proyek strategis untuk membangun iklim investasi agar investor tertarik menanamkan modalnya kembali.
“Kami juga berharap, pemerintah juga melakukan langkah antisipasi terhadap dampak resesi dunia, dengan melakukan edukasi kepada masyarakat, agar mengubah perilakunya melalui gerakan hidup hemat, tidak konsumtif, dan lebih focus pada prioritas pemenuhan kebutuhan hidup, ya, Resesi Dunia itu sebuah keniscayaan, jadi jangan cemas, hadapi dengan Penggunaan Anggaran tepat sasaran, dan juga dengan Perkuat Ekonomi Rakyat Menengah Bawah”pungkas Faisal Saleh (*dit)