Herman Yosef Fernandez De Facto Pahlawan Nasional, Tapi De Jure Gelar Pahlawan Nasional Harus Segera di Berikan Oleh Negara

- Editor

Sabtu, 8 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NasionalPos.com, Jakarta-   Tak banyak orang tahu, bahkan masyarakat terutama generasi muda di Larantuka juga tidak mengetahui siapa sosok yang di dokumentasikan pada sebuah patung seorang pria menyandang senjata di pundak kanan, sedangkan di tangan kiri nya memapah seorang yang terluka, padahal sosok di patung itu adalah seorang pejuang tentara pelajar bernama Herman Yosef Fernandez asal Larantuka, kelahiran Ende, 3 Juni 1941 silam.

Sungguh miris rasanya, melihat kenyataannya tersebut, realitas itu lah yang kemudian menjadi salah satu kondisi yang menginspirasi  Thomas Ataladjar beserta teamnya untuk menulis buku Biografi mengenai Herman Yosef Fernandez , kemudian setelah usai proses penulisan buku tersebut, mereka menggelar  acara Seminar dan Bedah Buku biografi berjudul,  “Herman Yoseph Fernandez, Kusuma Bangsa Pembela Tanah Air, Layak Jadi Pahlawan Nasional.” yang berlangsung di Gedung Yustinus, Universitas Atma Jaya Jakarta, Sabtu, 8 Juni 2024.

Pada acara seminar ini,  Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat dan mantan Pangdam IX Udayana Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri tampil sebagai pembicara kunci (Keynote Speaker).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kiki Syaknakri mengatakan  Presiden pertama Indonesia Soekarno pernah berpesan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, sekarang ini terutama anak muda tidak mengenal Herman Fernandez dan dalam situasi ini, penerbitan buku merupakan salah satu jalan untuk meperkenalkan lagi nilai-nilai kepahlawanan.

“ Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 itu ada 6 poin tentang syarat untuk menjadi pahlawan nasional yang dipenuhi dalam usulan  Herman Fernandez sebagai pahlawan nasional, nah saat ini momentum nya tepat, sebab Presiden terpilih kita Bapak Prabowo adalah juga seorang patriot dan pejuang, saya sangat berharap beliau dapat memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Herman Yosef Fernandez.” Tandas Kiki Syahnarki.

Sementara itu, Ketua Panitia, Grace Siahaan Njo dalam sambutan pembukanya, mengatakan, menghormati pahlawan dimulai dari mengenal pahlawan itu sendiri dari perjuangannya dan nilai-nilai yang dihidupi.

Menurut Grace Siahaan Njo, walau patung Herman Fernandez  berdiri tegak di jantung kota Larantuka, Floress,  kota asal Herman Fernadez, sejak tahun 1988, tapi kalau sekarang ketika bertanya kepada anak –anak muda di sana apa mereka kenal sosok yang ada di patung itu, mereka bilang tidak kenal. Padahal di balik patung tersebut tersimpan kisah hidup dan perjuangan salah satu putra terbaik Flores Timur yang mengandung makna tentang patriotisme  dan tentang kepahlawanan, tentang cinta tanah air, kesetiakawanan, dan  persahabatan yang tulus

“Melalui buku ini diharapkan dapat memberi nilai-nilai  yang menjadi keunggulan Herman Fernadez yang akan menjadi warisan berharga bagi generasi muda bangsa,” ucap Grace Siahaan Njo yang juga ponakan kandung Herman Fernandez ini.

Baca Juga :   Sinergisitas Organisasi Advokat & Kemendibudristek, Cegah Kriminalitas di Dunia Pendidikan

Sedangkan dalam paparannya, Thomas B. Ataladjar penulis Buku Biografi Herman Yosef Fernandez, ia mengatakan bahwa pihaknya sudah banyak menulis buku tentang sejarah, namun dari puluhan buku yang ditulisnya, yang paling berkesan dan penuh tantangan adalah ketika dirinya ditawari oleh ibu Grace Niahaan Njo salah seorang keponakan kandung Herman Yosef Fernandez, untuk menuliskan kisah perjuangan heroik dari seorang Herman Yosef Fernandez yang juga merupakan sosok pejuang patriok humanis, berasal dari Provinsi NTT.

“ Ya, saya ingat sekali apa yang dikatakan alm Letjen TNI (Purn.) Ahmad Kemal Idris kepada saya, sekitar 20 tahun lalu, saat itu beliau bicara kepada saya, bahwa saya jangan hanya menulis tentang orang jawa saja, tapi saya harus bisa menulis kisah tokoh dari NTT, lalu beliau menyebut nama Herman Yosef Fernandez, ketika beliau menyebut nama tersebut, saya kaget, kok beliau tau soal Herman Yosef Fernandez, ternyata dulu beliau mengenal Herman Yosef saat masih menjadi pejuang di Tentara Pelajar, sejak itulah saya termotivasi untuk menulis buku tentang Herman Yosef Fernandez, gayung bersambut ketika Ibu Grace menyampaikan tawaran tersebut, tanpa pikir Panjang saya menerimannya.”kenang Thomas B Ataladjar.

Lebih lanjut Thomas mengatakan bahwa dalam penulisan buku Biografi Herman Yosef Fernandez (HYF), dirinya bersama team kerja menggunakan Historical Reseach atau riset sejarah yang berupaya merekontruksi tentang fakta di masa lampau tentang siapa Herman Yosef Fernandez, apa, kapan, dimana, dan bagaimana secara obyektif, sistematis, dan akurat yang dilaksanakan pada waktu HYF masih hidup, adapun gaya penulisan buku ini jurnalistik ringan, agar mudah di pahami .

“Dengan demikian buku ini tampil dengan gaya popular, agar pesan, informasi dan bahkan sikap patriotic, humanis, yang ada buku ini tentang seorang HYF dapat di cerna dengan baik, dikenang serta yang terpenting adalah diteladani .”tegas Thomas B Ataladjar.

Hal senada juga di sampaikan oleh Laksamana Pertama Dr Hariyo Poernomo Kepala Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut, ia mengatakan bahwa sosok HYF memiliki kemiripan dengan sosok Yos Sudarso, yang sama-sama berani mengorbankan dirinya bagi orang lain, mengorbankan dirinya bagi negara, maupun bangsanya, dan sikap itu sangat langka di temukan di era sekarang, oleh karena itu sudah sangat layak jika negara memberikan gelar kepahlawanan Nasional kepada HYF, meskipun saat ini HYF dimakamkan di Taman Makam Nasional Kusuma Negara, Yogyakarta, namun rasanya sudah semestinya Negara memberikan gelar kepahlawanan Nasional kepada beliau.

Baca Juga :   Camat Banyuwangi Hadiri Acara Berbagi Takjil, Apresiasi Inisiatif Muslimat NU

Namun lanjutnya, untuk mendapatkan gelar kepahlawanan Nasional bagi seseorang, bukanlah pekerjaan yang mudah, melainkan sesuatu yang harus di perjuangkan dan di upayakan, salah satu syaratnya adalah buku Biografi,

“Namun itu tidak cukup, harus ada kajian mendalam, dukungan dari masyarakat, terutama dari masyarakat NTT, serta juga diperlukan keterlibatan kalangan generasi muda untuk mensosialisasikan sosok Herman Yosef Fernandez, melalui pemanfaatan teknologi medsos yang lebih mudah dipahami oleh generasi saat ini, nah semoga Herman Yosef Fernandez segera mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, yang hanya menjadi kebanggaan warga NTT, tapi juga kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.” Tukas Hariyo Purnomo

Di kesempatan ini, Dr Yosef Yapi Taum, M.Hum, ia mengatakan  Herman Yosef Fernandez de facto adalah seorang pahlawan nasional dan di tempat pada posisi terhormat di makamkan satu lahan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kusuma Bangsa Yogyakarta, bersama Jenderal Besar Sudirman dan Letjen Urip Sumoharjo serta ratusan Pejuang dan Pahlawan Bangsa lainnya, kemudian namanyapun terukir abadi di sejumlah monumen seperti Monumen Sidobunder, Monumen Tentara Pelajar di Kebumen,Monumen /Prasasti serta makamnya di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara,Yogyakarta, serta Monumen Yogya Kembali,Yogyakarta. Namanya juga terukir dalam buku sejarah perjuangan bangsa seperti Gelegar di Bagelen dan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan.

Akan tetapi secara de Jure  beliau belum diakui dan diberi gelar Pahlawan Nasional oleh negara. Fakta ini memprihatinkan tetapi sekaligus memberikan motivasi untuk menggali lebih mendalam tentang kepahlawanan tokoh ini.

“Kemudian mengajukannya kepada negara untuk mendapatkan pengakuan formal resmi kenegaraan sebagai salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan ini perjuangan yang tidak mudah,  perlu dukungan dan keterlibatan semua pihak termasuk dari kalangan generasi muda, agar negara segera memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau ”Tandas Dr Yosef Yapi, M.Hum yang juga Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Acara ini berlangsung dengan semarak, selain dihadiri para narasumber, juga nampak dihadiri oleh peserta dari  kalangan akademisi dan intelektual, pencinta, pemerhati sejarah, jurnalis, penulis serta undangan khusus. Hadir juga anggota DPR RI, Melki Lakalena, tokoh pendidikan Dr. Jan Riberu,  tokoh Flores Jakob Riberu, anggota DPRD DKI Jakarta Simon Lamakadu, serta juga dari kalangan mahasiswa maupun umum yang memenuhi ruangan tempat penyelenggaraan acara tersebut.

Loading

Berita Terkait

Ecclesia KB FKPPI Gelar Bakti Sosial di Bulan Suci Ramadhan 1446 H
Bamsoet ingatkan pejabat soal pentingnya komunikasi publik
Ketum PP PPM Beserta Rombongan Berkunjung di Kasunanaan Surakarta Hadiningrat
Ketum PP PPM Road Show Ke Jateng, Hadiri Acara Bukber PD PPM Jateng
Wabup Mujiono Tinjau Harga dan Ketersediaan Bahan Pokok Jelang Lebaran
Bazar Murah Bagi Kesejahteraan Prajurit dan PNS TNI
Sebagai Bentuk Keperdulian, RSI Pessel Bagi Bagi Takjil  
Temuan Dugaan Korupsi pembangunan rusun Mahasiswa IAIN Laa Roiba, Tetap Berlanjut Pada Pengaduan ke pihak berwenang “

Berita Terkait

Jumat, 28 Maret 2025 - 00:15 WIB

Ecclesia KB FKPPI Gelar Bakti Sosial di Bulan Suci Ramadhan 1446 H

Kamis, 27 Maret 2025 - 13:42 WIB

Bamsoet ingatkan pejabat soal pentingnya komunikasi publik

Rabu, 26 Maret 2025 - 20:44 WIB

Ketum PP PPM Beserta Rombongan Berkunjung di Kasunanaan Surakarta Hadiningrat

Rabu, 26 Maret 2025 - 20:20 WIB

Ketum PP PPM Road Show Ke Jateng, Hadiri Acara Bukber PD PPM Jateng

Rabu, 26 Maret 2025 - 14:28 WIB

Wabup Mujiono Tinjau Harga dan Ketersediaan Bahan Pokok Jelang Lebaran

Berita Terbaru

Headline

Bamsoet ingatkan pejabat soal pentingnya komunikasi publik

Kamis, 27 Mar 2025 - 13:42 WIB