NasionalPos.com, Jakarta Seperti sejarah pada umumnya, sejarah kopi di Indonesia juga dimulai karena pendudukan belanda pada tahun 1696. Belanda awalnya membawa kopi jenis arabika dari Malabar, India, ke Pulau Jawa pada tahun itu, Setelah runtuhnya kekuasaan Belanda di Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia 1945, kemudian dilakukanlah nasionalisasi terhadap perkebunan kopi-kopi bekas penjajahan Belanda.
Dari sini, budidaya dan kebangkitan perkebunan kopi melonjak, kini kita mengenal jenis kopi di Indonesia yang sangat beragam karena hasil budidaya perkebunan kopi yang baik, demikian disampaikan Prof. Hendri DS Budiono penggiat Kopi pada acara diskusi bertema Heritage tradisional Indonesian coffee di Sekretariat PPIR (Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Rusia), The Chambers, Gedung Menara Rajawali lantai 12, Kuningan, Jakarta Pusat, jumaat, 22 November 2024.
“ Tercatat di sekitar tahun 2000-an, Indonesia menjadi penghasil kopi terbesar di dunia, bersama dengan Brazil, Vietnam, dan Kolombia.”ungkap Prof Hendri DS Budiono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, kini masyarakat mengenal jenis kopi di Indonesia yang sangat banyak. Lalu apa saja jenis-jenisnya, Kopi Gayo, Aceh, Kopi Kintamani, Bali, Kopi Toraja, Sulawesi, Kopi Liberika Rangsa Meranti, Riau, Kopi Bajawa, Flores, Kopi Temanggung, dll, Kopi merupakan minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk, pemrosesan kopi sebelum diminum harus melalui proses panjang, yaitu dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan tangan, kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian biji kopi digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.
“ Nah dari proses tersebut, kalau kita menikmati minum kopi itu tergantung pada selera, apakah kopi itu sesuai selera atau tidak? Bukan enak atau tidak enak, karena kopi jenisnya bermacam-macam, sehingga menciptakan selera yang juga beragam, selera orang Aceh yang biasa miunum kopi Gayo, jelas berbeda dengan selera orang Temanggung, yang terbiasa minum kopi temanggung, “tukasnya.
Dalam kesempatan ini, usai memaparkan materi tentang hal ikwal manfaat kopi, proses pembuatan penyajian kopi yang berkualitas hingga menjadikan kopi bisa menciptakan kenikmatan, maupun kenyamanan serta memenuhi selera penggemarnya, dirinya juga menuturkan kali pertama tertarik pada dunia per-kopi-an ini, di awali dengan adanya komunitas penikmat, penggemar dan bahkan penggiat di kawasan tempat tinggalnya, yang sering nongkrong bareng, ngobrol bareng soal kopi, belajar sama-sama, adapun anggota komunitas itu ada sekitar 15-an orang, sedangkan yang jadi bartender hanya 3 orang, itu terjadi pada sekitar tahun 2010-2011, nah dari situ, muncul ketertarikannya mengenai bagaimana mengelola kopi menjadi minuman berselera tinggi, berkualitas tinggi dan tentunya di gemari banyak orang.
“Nah, kalau di tanya kapan mulai terjun ke bisnis minuman Kopi, ya, sekitar tahun 2021, kebetulan saya suka melayani membuat orang Bahagia, dari situlah niat saya terjun ke dunia bisnis kopi, dengan brand kopi 04, kenapa 04? Karena 04 itu nomor dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, bayangkan ada sekitar 30.000 orang alumni di belakang, sehingga dengan brand 04 seakan mengingatkan mereka terhadap kedekatan antar alumni Fakultas Teknik UI”tutur Prof Hendri.
Bukan hanya itu saja, lanjutnya, ketika dia menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, di saat dirinya menerima tamu di ruang kerjanya, dan kemudian sering menyuguhkan minuman kopi kepada para tamunya tersebut, yang merasakan nikmatnya minuman kopi, serta kemudian tersentuh hatinya, sehingga tercentuslah keinginan berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dengan fakta tersebut, boleh dikatakan kopi menjadi sarana diplomasi karena minuman kopi ini bisa menghadirkan kenikmatan dan kenyamanan bagi yang meminumannya, sehingga pembicaraan dapat lebih santai, rileks, dan nyaman, sambil menikmati minuman kopi.
“Ya, itulah filosofi dari diplomasi Kopi, yang merekatkan relasi ke dua belah pihak untuk membicarakan sesuatu dalam situasi yang nyaman dan nikmat yang di hasilkan dari minuman kopi, dan itu sudah di coba oleh kawan-kawan saya, ketika mereka ke luar negeri, selalu memesan kopi untuk oleh-oleh yang akan di berikan ke koleganya di luar negeri.” Ucapnya.
Selain itu, Lebih lanjut Prof Hendri juga menyampaikan harapannya agar keberadaan komoditas kopi bukan hanya bisa menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, melainkan juga mesti dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi, sudah saatnya pemerintah meningkatkan pemberdayaan petani kopi, bukan supaya para petani kopi membuka café kopi atau kedai kopi, melainkan menjadi petani yang modern, mandiri dan juga petani yang memiliki inovasi untuk meningkatkan kualitas hasil panen tanaman kopi sehingga kualitas biji kopinya tidak kalah bersaing dari kopi import, dan bahkan harus di tingkatkan kualitas Sajian Kopi Warisan Tradisional Bangsa Indonesia dalam persaingan global.
“ Di kesempatan ini, saya sangat berterima kasih Bapak Suryo Susilo Ketua Perkumpulan Persahabatan Indonesia-Rusia, Ibu Nike dari Sandiva serta rekan-rekan peserta diskusi ini baik melalui online maupun yang hadir di Menara Rajawali, yang telah memberikan saya waktu dan tempat untuk berbagi pengalaman maupun pengetahuan mengenai meracik minuman kopi serta di beri kesempatan juga memperkenalkan produk kami yakni Kopi 04, selain itu saya sangat berharap diskusi ini dapat menjadi ajang upaya untuk tingkatkan kualitas Sajian Kopi Warisan Tradisional Bangsa Indonesia dalam persaingan global.” Tandas Prof Hendri.
Sementara itu, pada kesempatan ini, Ketua Perkumpulan Persahabatan Indonesia-Rusia (PPIR) Suryo Susilo, kepada awak media, ia mengatakan bahwa diskusi kali ini yang di inisiasi PPIR dan di dukung oleh Sandiva, tentunya bertujuan bukan hanya memperbincangkan kopi sebagai warisan tradisional Bangsa Indonesia, melainkan juga membahas meracik penyajian kopi yang berkualitas, hieginis, dan tentunya menciptakan kenikmatan sesuai selera dari penikmat kopi.
“ Terima kasih kepada Prof Hendri DS Budiono, yang berkesempatan hadir dan kemudian menyampaikan materi yang sarat dengan pengetahuan, pengalaman serta penyampaian informasi mengenai teknologi meracik kopi secara modern, sehingga Kopi bukan hanya bisa di nikmati sendiri melainkan bisa menjadi sarana komunikasi, silahturahmi dan bahkan bisa menjadi sarana diplomasi yang efektif, nyaman dan harmonis, serta tentunya juga untuk mempopulerkan Kopi ke mancanegara sebagai warisan tradisional Indonesia.
terima kasih juga kepada rekan-rekan Sandiva yang telah mendukung kegiatan ini.” Pungkas Suryo Susilo.