BANYUWANGI, NASIONAL POS –
Dalam acara untuk mengenang dan mengirim doa untuk para almarhum-almarhuma keluarga jatuh setiap bulannya pada malam Jumat Legi berhubung malam Jumat itu banyak arisan jadi dimajukan hari Sabtu malam minggu (Pon) 10/05/2025 sehabis ba’da Magrib
Mahmudi sebagai Tertua dalam keluarga dan menjadi Ustad di musholla Al-furqon yang berlokasikan dijalan Sariman, Dusun Tegalrejo, Desa Tulungrejp, Kecamatan Glenmore Banyuwangi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lanjut Mahmudi, Slametan keluarga adalah tradisi ritual dalam budaya Jawa yang dilakukan sebagai bentuk syukur atas nikmat dan karunia Tuhan, serta untuk mendoakan arwah leluhur atau orang yang telah meninggal. Acara ini biasanya melibatkan doa bersama, pembacaan ayat suci Al-Quran, kenduri (makan bersama), dan sedekah.
Rincian Lebih Lanjut:
Tujuan:
Slametan bertujuan untuk mengucap syukur atas berbagai hal, seperti kelahiran bayi, pernikahan, panen, atau keberhasilan dalam suatu usaha. Selain itu, slametan juga dilakukan untuk mendoakan arwah leluhur atau orang yang telah meninggal, khususnya dalam acara tahlilan.
Pelaksanaan:
Acara slametan biasanya dilakukan dengan mengundang kerabat, tetangga, atau masyarakat sekitar. Acara dimulai dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, tahlil (doa-doa khusus), dan kenduri (makan bersama). Dalam kenduri, biasanya disajikan nasi tumpeng dan berbagai lauk pauk, yang kemudian dibagikan kepada seluruh peserta.
Makna:
Slametan memiliki makna yang dalam, di antaranya adalah:
Rasa Syukur: Melalui slametan, masyarakat Jawa mengungkapkan rasa syukur atas segala anugerah yang diberikan oleh Tuhan.
Kekuatan Bersama: Slametan mempererat tali silaturahmi dan rasa kebersamaan antar anggota keluarga dan masyarakat.
Ketaatan pada Agama: Slametan juga merupakan bentuk ketaatan pada ajaran agama, terutama dalam hal berdoa dan mendoakan arwah.
Tradisi Leluhur: Slametan merupakan salah satu tradisi budaya Jawa yang perlu dilestarikan dan dijaga kelanggungan hidupnya.