NasionalPos.com, Pontianak– “Barang Siapa mau Mengikuti “Aku” Maka Harus Memikul Salib” setidaknya itulah yang disampaikan oleh Minister Regio Ordo Fransiskan Sekular (OFS) Kalimantan, Sdr. Herman Yosef Anem OFS, minggu pada 18 September 2022 kemaren di rumah Sdr Tuparman OFS dan Sdri Siswati OFS, Jalan Putri Candramidi Gang Sukajaya Nomor 30, Pontianak. Pertemuan kali OFS kali ini dihadiri sebanyak 31 anggota diantaranya ada OFS Persaudaraan Santo Conradus, OFS Persaudaraan Santo Lodivikus dan Persaudaraan OFS Santo Padre Pio. Adapun topik perbincangan dalam pertemuan OFS kali itu yakni membahas rekoleksi penjenjangan yang telah ditetapkan pada tanggal 1 – 2 Oktober 2022 (sabtu sore dan Minggu pagi), di Tirta Ria, tidak menginap.
Terkait undangan Transitus Keluarga Fransiskan-Fransiskanes Pontianak yang dimana undangan sudah disebar dalam grub OFS Legio Kalimantan dan pengumuman kepengurusan Lembaga Swadaya Masyarakat Justice, Peace, Integrity of Creation (LSM JPIC) yang dimana perwakilan dari OFS adalah Sdr Samuel OFS sebagai tim media di kepengurusan JPIC. Bahasan kemudian dilanjutkan dengan tema tentang persiapan Kapitel Nasional dilaksanakan Juli 2023. Maka dari itu OFS akan membuat kalender 2023, rencana pelaksanaan di Makassar, Sulawesi Selatan. Informasi lebih lanjut, akan diinformasikan.
Semangat persaudaraan bersama saudara OFS di Pontianak melahirkan sejumlah refleksi hidup yang sesuai dengan ketentuan cara hidup dan teladan dari Santo Fransiskus Asissi. Pemerenungan bersama siang itu memberikan harapan baru tentang keteguhan iman. Saudara Herman Yosef Anem OFS mengingatkan bahwa teladan hidup Fransiskan dalam mengikuti Kristus adalah refleksi diri (doa) dan tindakan. Sebagai seorang Fransiskan nilai hidup yang paling penting adalah berdoa dan bertindak dalam kasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sehingga penghayatan tentang iman akan Allah sungguh-sungguh menjadi bukti adanya keberadaan ‘realitas tertinggi’ di dunia dan tentunya semua adalah misteri ilahi. Setiap pertemuan Ordo Fransiskan Sekular di Pontianak, paling tidak ada tiga hal unik yang selalu dibahas dalam setiap pertemuan. Pandangan filosofis tentang semangat Fransiskan hari ini diingatkan kembali oleh Minister Regio Kalimantan yakni semangat kesederhanaan dalam mengikuti teladan Kristus dengan cara hidup Fransiskan.
Sebagaimana yang diteladankan oleh Santo Fransiskus Asissi bahwa ada tiga hal yang paling menonjol dari semangat uniknya. Poin pertama, cara pandang Fransiskan mesti mampu melihat ‘keindahan’ dari setiap peristiwa hidup. Apapun itu, misalnya kejadian yang memberikan kemalangan hingga peristiwa yang membawa luka, justru sebagai seorang Fransiskan hal yang paling utama yakni mindset untuk melihat segala sesuatu secara indah dan penuh berkat. Poin kedua semangat Fransiskan yaitu semangat untuk bersaudara dengan semua alam ciptaan. Tema kedua ini lebih menyoroti semangat persaudaraan (bersaudara) pada semua ciptaan yang hidup dimuka bumi ini, misalnya yang utama adalah sesama manusia, hewan, tumbuhan, termasuklah segala cuaca dan unsur-unsur alam lainnya.
Yang menarik lagi yakni cara pandang Fransiskan dalam melihat ‘kematian’ sebagai ‘saudari’. Jika ditelaah secara awam, kematian tetaplah menjadi hal yang mengerikan bahkan kematian adalah ketakutan dari semua makhluk hidup setidaknya manusia yang menyadari bahwa itu adalah hal yang mengerikan. Tapi sebagai seorang Fransiskan kematian justru bukanlah sebuah peristiwa yang ditakutkan lagi. Santo Fransiskus Asissi menjelang kematiannya, justru melihat dan memanggil ‘saudari maut’ untuk ‘menggiring’-nya menuju kehidupan yang lebih kekal. Akhirnya Santo Fransiskus wafat tetap pergi dengan damai.
Cara pandang Fransiskan melihat kematian sebagai ‘saudari maut’ boleh dibilang sebuah cara pandang yang melampaui cara pandang manusia biasa, oleh karenanya pengikut Santo Fransiskus Asissi diminta agar mampu melihat kesempatan hidup dan mati merupakan “nilai” yang “sama mulia”nya. Setelah membahas cara hidup dan pandangan unik dari teladan hidup Santo Fransiskus Assisi, pertemuan itu ditutup dengan Ibadat harian atau ofisi atau brevir siang pukul 12.00 wib sekaligus menandai waktu untuk menguduskan hari dengan doa. Usai ibadat bersama, semua saudara OFS diajak santap siang bersama sembari menunggu hujan reda, “ya meskipun saudara air sudah memenuhi setiap sudut lantai di rumah Saudara Tuparman” dan ternyata hujan yang deras rupanya mengundang saudara air untuk ‘nimbrung’ bersama dalam diskusi siang tentang persaudaraan dan cara hidup yang tak biasa. Sekian, Pace E Bene. ( *Red/ *Samuel – Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak)