NasionalPos.com, Jakarta- Dampak dari pelaksanaan Program makan siang gratis secara signifikan meningkatkan permintaan food tray, karena setiap siswa yang mengikuti program akan membutuhkan wadah untuk makan siang merekaProgram makan siang gratis akan secara signifikan meningkatkan permintaan food tray, karena setiap siswa yang mengikuti program akan membutuhkan wadah untuk makan siang mereka, tentunya dengan meningkatnya permintaan food tray dapat memicu pertumbuhan ekonomi lokal, khususnya bagi produsen dan pemasok food tray, demikian disampaikan Frans Herman Silaban Koordinator Indonesian Production Watch kepada wartawan, Sabtu, 12 April 2025 di Jakarta.
“ Program ini dapat mendorong produsen untuk berinovasi dalam desain dan fungsi food tray, misalnya dengan membuat food tray yang lebih tahan lama, mudah dibersihkan, atau memiliki penutup yang aman, “ ungkap Frans Herman Silaban.
Akan tetapi, lanjut Frans Herman Silaban, dari hasil pengamatan dan penelusuran dari berbagai pihak di lapangan, pihaknya menemukan adanya permasalahan yang tentunya menjadi kendala bagi pertumbuhan pengadaan food tray tersebut, diantaranya adalah munculnya persaingan tidak sehat antar produsen dan pemasok food tray, terutama dalam hal harga penjualan hingga sampai ke konsumen, sehingga fenomena ini juga berdampak pada kualitas dari barang food tray tersebut demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, dan untuk merebut konsumen, bahkan mereka para produsen maupun pemasok food tray berani menggunakan bahan pembuatan food tray di bawah standart dengan harga yang tentunya murah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“ Kondisi tersebut, di perparah dengan masuknya food tray produk import dari Cina, yang mulai membanjiri pasaran, apalagi dengan adanya kebijakan Presiden Prabowo yang membuka kran import seluas-luasnya tanpa kuota dan tanpa proteksi, “ tukas Frans.
Menurut Frans, jika food tray produk import dari Cina, bukan hanya membanjiri pasaran, tapi justru menguasai pasaran dikarenakan kran import di buka sebesar-besarnya oleh Pemerintah, maka tentunya akan berimplikasi pada keberadaan produsen dan pemasok food tray dalam negeri, yang mayoritas bermodal kecil, nampaknya bakal kalah bersaing dengan produk food tray dari Cina, sehingga secara lambat laun produsen maupun pemasok bakal gulung tikar, nah apabila pemasok dan produsen Food tray local sampai gulung tikar, maka pertumbuhan ekonomi local tidak bakal terjadi.
“Sekarang saja, kami sudah menemukan fenomena yang terjadi saat ini, produsen dan pemasok local sulit untuk mencari pembeli, karena ada pesaing baru yakni produk import, dengan menawarkan harga foodtray produk import lebih murah dari harga produk foodtray local atau dalam negeri, tentunya pembeli akan beralih ke produk import yang lebih murah harganya, tanpa memperhatikan kualitas, dengan adanya fenomena tersebut, bisa berdampak mematikan produk local.” Tandas Frans
Fenomena tersebut, sambung Frans, juga di perparah dengan adanya dugaan munculnya mafia pengadaan food tray di dalam negeri, yang di duga menerapkan strategi memonopoli produksi dan bahkan juga di duga memonopoli penjualan produk food tray di dalam negeri, sehingga menimbulkan bertambah semakin sengkarut dalam tata niaga food tray di dalam negeri, tidak hanya itu Pengadaan food tray dalam skala besar berpotensi menjadi target korupsi jika tidak diawasi dengan baik.
“Fenomena sengkarutnya tata niaga Food Tray, jika pemerintah ingin program makan gratis berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi local, maka pemerintah harus segera membuat kebijakan yang mengatur, menata dan mengawasi secara ketat tata niaga Food tray di dalam negeri, produk import harus di kendalikan jangan sampai menguasai pasar yang sangat merugikan produsen local, dalam waktu dekat kami akan bersurat ke Kementerian Perdagangan untuk mendesak agar segera mengeluarkan kebijakan tata niaga Food Tray yang pro rakyat, cegah monopoli pasar dalam negeri dan cegah monopoli produk import”pungkas Frans Herman Silaban