NasionalPos.com, Jakarta- Penjabat Gubernur (PJ) DKI Jakarta Teguh Setyabudi, Jumat (8/11/2024), melantik Marullah Matali menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta menggantikan Joko Agus Setyono. Sementara Joko Agus Setyono dilantik menjadi Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Industri, Perdagangan dan Transportasi.
Pelantikan Marullah menjadi Sekda ini menarik dan unik karena Marullah sebelumnya pernah menjadi Sekda tetapi dicopot Heru Budi Hartono saat menjadi Penjabat Gubernur DKI Jakarta menggantikan Anies Baswedan yang selesai tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 17 Oktober 2022.
Pertama kali Marullah dilantik menjadi Sekda DKI Jakarta oleh Anies Baswedan pada 18 Januari 2021. Tanggal 2 Desember 2022 Marullah dicopot Heru Budi Hartono. Marullah menjadi Sekda sekitar satu tahun sebelas bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk mengisi kekosongan jabatan Sekda, Heru melantik Asisten Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas) DKI Jakarta, Uus Kuswanto menjadi Plt Sekda DKI Jakarta pada 2 Desember 2022. Jabatan Uus selaku Plt Sekda pun hanya berlangsung dua bulan lebih.
Pada 13 Februari 2023, Heru melantik Joko Agus Setyono menjadi Sekda definitif. Dan, 8 November 2024 Joko dicopot dan Marullah dilantik lagi menjadi Sekda DKI Jakarta. Joko pun menjabat Sekda DKI Jakarta sekitar satu tahun sembilan bulan.
Perjalanan Marullah menjadi Sekda terasa unik dan menarik karena dari Sekda ke Sekda lagi. Sudah pernah dicopot sekarang menjadi Sekda lagi. Marullah, usai pelantikan menjadi Sekda untuk kedua kalinya, kepada wartawan mengatakan, promosi jabatan atau perputaran jabatan seperti yang dialami merupakan hal yang biasa dalam birokrasi.
Apa yang diungkapkan Marullah benar. Artinya model promosi atau perputaran jabatan semacam ini tidak aneh di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Terlebih melihat model promosi jabatan belakangan ini di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Semisal, Walikota Jakarta Barat Uus Kuswanto, pernah menjadi Walikota Jakarta Barat, kemudian dipromosikan menjadi Askesmas DKI Jakarta. Dan, dari Askesmas kembali menjadi Walikota Jakarta Barat. Dari walikota ke walikota di wilayah yang sama.
Ada lagi, pejabat dicopot dari eselon II turun ke eselon III. Saat ada TGUPP, ada juga pejabat dicopot dari jabatan eselon II dan dibiarkan sekian lama di Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) baru kemudian dilantik lagi menempati jabatan eselon II.
Sekarang ini, banyak jabatan eselon II yang kosong, tidak hanya dua tiga bulan. Bahkan ada jabatan yang lebih dua tahun kosong diisi Plt. Terjadi rangkap jabatan. Kondisi ini memberi gambaran, seakan akan tidak ada pejabat DKI Jakarta yang mampu memegang jabatan tertentu.
Malahan, ada pejabat diminta menandatangani surat pengunduran diri dari jabatan eselon II dan turun ke eselon III.
Ada yang bersedia tanda tangan dan ada juga yang menolak menandatangani surat pengunduran diri dari jabatannya.
Kondisi promosi jabatan atau perputaran jabatan seakan tanpa model ini membuat banyak pejabat, khususnya di eselon III malas mengikuti seleksi jabatan eselon II kalau tidak diminta. Ketika ditanya alasannya, “malas karena jabatan itu sudah ada orangnya, seleksi hanya formalitas”